Tokoh pemikir Kristen di Indonesia, Pendeta Andreas Annangguru Yewangoe menghimbau agar setiap agama-agama mau berintrospeksi diri dengan rendah hati agar tidak keliru menyampaikan Amanat agung Tuhan kepada manusia.
Dirinya melihat bahwa saat ini ada kecenderungan agama-agama di Indonesia yang dalam prakteknya seperti menggantikan kedudukan Tuhan Allah. “Agama-agama memang merupakan pelembagaan rasa religiusitas manusia. Itu benar. Tetapi tidak jarang agama merasa diri telah mewakili Allah sepenuh-penuhnya. Bahkan bertindak sebagai Allah sendiri,” ujar mantan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) itu dalam akun facebook pribadinya, Selasa (14/6/2016).
Berkaca dalam diri agama Kristen, Yewangoe memaparkan bahwa sejak berabad-abad, Agama Kristen hidup dalam tradisi yang mengklaim mereka mewakili Allah. “Hasilnya adalah jalan buntu. Kekristenan dilihat, ketimbang merefleksikan Kasih Allah, justru memperlihatkan wajah Allah yang penuh kemurkaan. Padahal itu adalah kemurkaan lembaga agama yang diklaim sebagai murka Allah. Lalu lembaga agama tampil mengeksekusi kemurkaan itu kepada yang dianggap berdosa. Padahal belum tentu Allah rela "diwakili" untuk memperlihatkan murkanya,” tambahnya.
Terakhir pendeta senior yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PGI itu mengatakan bahwa agama-agama, selain harus berintrospeksi juga jangan pernah mencoba untuk menggantikan kedudukan Allah melalui berbagai aturan.
? ?Saya kira agama-agama harus mengintrospeksi diri dengan rendah hati agar tidak keliru menyampaikan Amanat Allah kepada manusia. Lebih-lebih lagi agama-agama jangan pernah menggantikan kedudukan Allah melalui berbagai aturan, apapun itu namanya. Aturan yang dibuat manusia selalu tidak sempurna. Ketimbang menghormati Allah kita justru menghina-Nya dengan mempersempit dan mereduksi Kemahamurahan, Kemahasabaran-Nya dalam aturan-aturan yang kita ciptakan dan bersifat terbatas itu. Salam.”